Senin, 03 Oktober 2011

Story of my fam


Siapa yang sangka keluarga itu tidak juga menemukan penantiannya. Seorang anak laki-laki yang dinanti tak kunjung menampakkan diri. Siapa yang harus disalahkan?

Hari itu seorang bayi kecil yang mungil dan menggemaskan memberi warna tambahan di keluarga itu, harapan keluarga memang belum terpenuhi namun mereka tetap menerima kenyataan.
Ya…kembali anak perempuan muncul. Kapan anak laki-laki itu datang?
Sepanjang penantian,  mereka tetap merawat anak perempuan itu tanpa memberikan sedikitpun kesan kecewa. Kasih sayang, perhatian, belaian orang yang dikasihinya telah ia dapatkan, sungguh suatu kehidupan yang diinginkan banyak orang. Hidup dalam kesederhanaan yang saling melengkapi.

Itulah aku…
Aku adalah anak yang mungkin dianggap bayi laki-laki yang akan mengisi kekosongan di keluarga itu, namun Tuhan berkehendak lain. Aku terlahir sebagai anak perempuan.J
Yahhh…syukurlah 3 tahun kemudian doa dan harapan keluarga kami dikabulkan, tangisan bayi laki-laki  akhirnya terdengar memenuhi rumah kami. Lengkap sudah kebahagian keluarga kami.

Aku ingin memperkenalkan keluargaku..
Aku memiliki ayah dan ibu,mereka  orang tua hebat  yang sangat aku banggakan.
Wanita itu tak kenal lelah, tak sedikit pun waktunya kosong, semua kesempatan yang diberikan padanya betul-betul dimanfaatkan olehnya.
Pagi-pagi buta dia memperdengarkan suara yang acap kali membangunkan kami, suara itu asalnya tak jauh dari tempat kami melepas lelah. Ternyata wanita itu mempersiapkan sesuatu yang akan mengisi lambung kami. Sesaat kemudian sayup-sayup suara wanita itu mendekati kami dan sentuhan lembutnya membukakan mata kami. Senyuman kecil terlontar dari bibir manisnya, senyuman yang tak akan pernah aku lupakan. Segera kami bangkit dari tempat yang sengaja mereka buatkan untuk kami, tempat sederhana terbuat dari  sisa broti yang mereka dapatkan entah darimana, tanpa kasur yang empuk hanya beralaskan tikar dan selimut tipis yang hanya mampu menutupi sebagian kecil tubuh kami.
Itulah salah satu kebanggaan kami, dari kekurangan menjadi satu kebersamaan. 
Dengan segera kami mempersiapkan diri untuk berangkat menuntut ilmu, tapi sebelumnya aku akan menceritakan Bagaimana kami bersiap-siap.. J
Aku beserta kakak-kakakku berlari menuju sungai yang kebetulan tidak jauh dari tempat tinggal kami, sentuhan air yang membekukan tidak kami hiraukan. Sorakan dan tawa menggelegar tidak jarang terlontar dari mulut kami karena beranggapan suara itu akan menghilangkan sedikit kedinginan tubuh kami yang hanya ditutupi kain sarung.
Itulah kejadian yang hamper setiap pagi kami lalui.
Setelah wanita itu memberangkatkan kami, dia kembali pada rutinitasnya. Dia membungkus bekal untuk dibawa ke tanah yang tidak begitu luas untuk tempat kami investasi..he
Kira-kira begitulah…
Wanita perkasa itu adalah ibuku, ibu yang sangat aku sayangi dan sangat aku banggakan. Dia wanita hebat yang patut ditiru, semangatnya luar biasa.
Aku mencintai ibuku…

Aku juga memiliki seorang ayah, tidak jauh berbeda dengan ibuku.
Ayahku seorang pekerja keras, dia rela jauh dari keluarga hanya untuk mencari nafkah. Saat itu ayahku bekerja sebagai supir  yang jauh dari kehidupan kami. Aku masih ingat Bagaimana perasaan kami ketika ayahku pulang menemui kami dengan sedikit buah tangan yang menambah kebahagiaan kami.
Sungguh keluarga sedehana yang penuh kebahagiaan, walaupun dibalik kebahagiaan itu tersimpan kecemasan dan kepedihan yang selalu mereka tutupi dari kami.
Aku mencintai ayahku… J
Aku memiliki orangtua yang hebat bukan?
                                                                                        
Disamping orangtuaku, aku juga memiliki saudara-saudaraku. Sepertinya membutuhkan waktu yang panjang untuk menceritakannya, tau kenapa?
Tepat sekali…, kami tujuh bersaudara. J
Kakaku yang pertama bernama Hera, dia kakak yang patut diteladai. Senyuman manis yang selalu menghiasi wajah cantiknya. Aku belum pernah melihat ada kesedihan diwajahnya apalagi amarah atau pun ucapan kasar terlontar dari mulutnya. Dia kakak yang kami banggakan baik dari segi sikap dan prestasi di sekolah. Tapi apa yang harus kami lakukan ketika Tuhan ingin bersamanya?
Tepat ketika aku berumur 6 tahun, Tuhan mengambilnya dari kami. “Tuhan tidak adil” itulah pernyataan yang selalu kami ucapkan. Kami kehilangan sosok kakak yang kami sayangi, dia pergi menyampaikan harapan-harapan kami pada Tuhan. Kepergiannya meninggalkan bekas yang sangat menyayat, terlebih ibuku. Wajahnya kehilangan senyuman, rambutnya memutih, tubuhnya yang dulunya tangguh dan perkasa berubah menjadi wanita lemah dan menunduk seakan merasa hidup tidak berguna lagi. Sudah cukup puas kami merawatnya, tenaga kami kumpulkan untuk mencari biaya obat denga harapan dia pulih dan kembali pada kami. Tapi Tuhan lebih kuat….
Itulah cerita singkat kakak pertamaku. Aku sangat mencintainya….

Kakak kedua bernama Hetty, sifat-sifat pekerja keras sepertinya menurun pada kami .. J
Selepas lulus sma, dia melanjutkan study kursus menjahit. Entah apa yang dipikirkan kakak keduaku, sehingga dia tidak menyinggung belajar ke jenjang yang lebih tinggi, mungkin dia mengerti kondisi keuangan saat itu. Lulus dari sekolah jahit dia menemukan tambatan hatinya yakni seorang laki-laki yang dia perkenalkan pada kami. Orang tuaku memang mempunyai prinsip untuk tidak terlalu mencampuri urusan pribadi anaknya, mereka hanya memberi nasihat seadanya namun keputusan tetap di tangan anaknya. Kakak keduaku mengambil keputusan untuk mengakhiri kesendiriannya, laki-laki yang dia kenalkan pada kami adalah pilihannya untuk menemaninya sampai akhir hidupnya. Itu adalah harapannya, harapanku, dan harapan keluargaku.
Namun Tuhan berkehendak lain lagi, Tuhan tidak mengijinkan kami merawat bayi itu. Dia mengambilnya dari kami dan bukan hanya itu yang diambil kebahagiaan kakak keduaku juga diambil oleh-NYA. Rumah tangga mereka tidak direstui oleh-NYA. Tuhan membubarkan ikatan yang telah mereka bentuk, entah apa alasannya aku belum mengerti kondisinya.
Selang beberapa tahun kemudian, kakak keduaku dipertemukan dengan seorang laki-laki yang sekarang menjadi suaminya dengan dua anugrah yang Tuhan berikan padanya. Sebelum dia memutuskan untuk membina rumah tangga kembali dua kakakku telah mendahuluinya membina bahtera rumah tangga. Sungguh suatu kebahagiaan yang kami rasakan. kakak keduaku telah mengembalikan tulang rusuk laki-laki itu.
Aku akan menceritakan kakak ketigaku, namanya Helmi…
Semua sifat positif dari ibuku dimiliki olehnya, dia kakak yang aku kagumi. Penuh semangat dan selalu bersyukur atas apa yang dia miliki. Keceriaanya membuatku tersenyum menikmati hidup. Dia menikah dengan orang yang dicintainya yang telah menjalani hubungan sejak SMP. Tuhan memberikan mereka dua putri yang cantik nan jelita. Kehidupan mereka tidak lain hanya sebatas berkecukupan dan pas-pasan. Semua kegiatan dilakukan hanya untuk menafkahi keluarga mereka, itulah yang aku banggakan dari kakak ketigaku walaupun keletihan selalu terlihat darinya namun tetap semangat melanjutkan pekerjaan yang menanti. Banyak hal yang aku tiru darinya.
Kakak ke-4ku bernama helly, dia kakak yang luar biasa walaupun awalnya aku tidak suka padanya karena cerewet dan memaksakan kehendak, Namun dibalik itu semua dia baik. Dia paling beruntung menurutku walaupun kehidupan tidak terlalu mewah namun dibanding kakakku yang lain dia lebih beruntung punya keluarga baru. Anak laki-laki dan anak perempuan telah dia punya, sungguh bahagia hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar